Pada masa awal perkembangan islam,
yaitu di zaman Rasulullah Saw dan Abu Bakar As-Shiddiq (543M), bentuk
bangunan Masjidil Haram masih sederhana. Tak ada dinding atau bangunan
beratap yang mengelilingi masjid. Masjidil haram hanya dikelilingi
rumah-rumah penduduk, jalan yang menuju ke Masjidil Haram adalah
gang-gang rumah penduduk yang ada di sekitar Ka'bah.
Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab
(khlaifah kedua), islam mengalami perkembangan yang pesat, menyebar ke
seluruh jazirah arab dan umat islam pun bertambah banyak. Hal ini
menyebabkan semakin banyak umat islam yang berdatangan ke Makkah
terutama pada musim haji. Kenyataan ini membuat Sayyidina Umar merasa
perlu untuk mengadakan perluasan Masjidil Haram. Kemudian beliau membeli
rumah – rumah penduduk yang ada disekitar Ka'bah dan menghancurkannya.
Ini terjadi pada tahun 644 M. dinding masjid mulai dibuat. Akan tetapi
dinding tersebut masih rendah, hanya sekitar 1,5 m saja dan memberinya
pintu-pintu dan meneranginya dengan lampu-lampu.
Selanjutnya, Khalifah Utsman bin Affan
juga mempeluas Masjidil Haram pada masa pemerintahannya. Kemudian
Abdullah Ibn al-Zubair (692 M) memasang atap di atas dinding yang telah
dibangun. Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqalani (714 M) yang pernah berkuasa di
Makkah, juga pernah melakukan penyempurnaan bangunan Masjidil Haram.
Demikian pula pada masa Khalifah al-Mahdi (Khalifah Bani Abbasiyah)
yang berkuasa pada tahun 85 M, dibuat deretan tiang yang mengelilingi
Ka'bah yang ditutup dengan tiang. Saat itu dibangun pula beberapa
menara.
Pada pemerintahan Sultan Salim II dari
kekhalifahan Turki Utsmani yang dilanjutkan oleh putranya, Sultan Murad
III, dilakukan beberapa kali perbaikan dan perluasan bangunan Masjidil
Haram. Pada masa ini juga dibuat atap-atap kecil berbentuk kerucut.
Bentuk dasar bangunan Masjidil Haram hasil renovasi Dinasti Utsmani
inilah yang dapat dilihat sekarang ini.
Pemugaran, perluasan dan penyempurnaan
Masjidil Haram juga terjadi pada masa pemerintahan kerajaan Arab Saudi
yang notabene bertindak sebagai Khadim al-Haramain (pelayan Masjidil
Haram dan Masjid Nabawi), bahkan sampai sekarang. Setiap raja yang
memerintah Kerajaan Arab Saudi senantiasa memberikan perhatian lebih
pada Masjidil Haram dan tempat-tempat yang menjadi tujuan jamaah haji.
Hal ini dimulai oleh pendiri kerajaan
Arab Saudi, yaitu Raja Abdul Aziz bin Abdurrahman Alu Sa'ud, atau yang
biasa dikenal dengan Ibnu Sa'ud. Dialah penguasa pertama yang melakukan
perluasan pada dua Masjid Suci; Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Sejakdiselenggarakannya Muktamar Dunia
Islam 1, Raja Abdul Aziz berusaha menyatukan barisan kaum Muslimin di
seluruh dunia untuk memperbaiki pelayanan di Tanah Suci. Raja Abdul
Aziz lalu menyusun rencana besar untuk memugar, memperbaiki, dan
memperluas Masjidil Haram. Hal ini bertujuan untuk memberikan
kenyamanan kepada jamaah haji ataupun umrah.
Pada tahun 1344 H, Raja Abdul Aziz
mengeluarkan surat keputusan pertama berkaitan dengan renovasi
besar-besaran Masjidil Haram. Masjidil Haram pun dirombak, terutama
bagian-bagian bangunan yang dirasa perlu diperbaiki, baik dinding,
fondasi, maupun tiang. Sang raja juga berinisiatif untuk membangun atap
bangunan yang lebih luas.
Selanjutnya, pada tahun 1354 H, Raja
Abdul Aziz kembali menandatangani surat keputusan untuk melanjutkan
perombakan Masjidil Haram. Kali ini dengan memberikan mandate kepada
Syekh Muhammad bin Laden untuk mulai menyusun struktur Masjidil Haram
yang lebih luas dan modem. Pada tahun 1375 H, Kerajaan Arab Saudi
melakukan perluasan Masjidil Haram untuk yang pertama kalinya melalui
beberapa tahap.
Raja Abdul Aziz tentu memberikan
perhatian secara serius pada proses pelaksanaan perluasan itu. Begitu
pun dengan perluasan Masjid Nabawi, demi memanjakan para jamaah haji
yang ingin berziarah ke Madinah. Sejak saat itu, setiap tahun
diselenggarakan acara penghormatan dan penyambutan khusus para pimpinan
jamaah haji dari tiap-tiap negara yang terus berlangsung hingga
periode putra-putranya.
Setelah Raja Abdul Aziz wafat, proyek
pembangunan Masjidil Haram diteruskan oleh Raja Sa'ud dan Raja Faisal.
Pada periode 1375H – 1396H atau tahun 1955 Masehi, Masjidil Haram
diperluas dan beberapa bagian dibangun baru, termasuk pula perluasan
pelataran ka'bah. Kawasan Masjidil Haram ditambah luasnya 125.900 meter
persegi. Areal Mas'a (tempat sa'I Shafa dan Marwah) sepanjang 394,5
meter dan lebar 20 meter dibangun bertingkat. Pintu-pintu baru dan
jendela dengan ukiran dan berlapis batu pualam dibuat, sehingga jumlah
pintu menjadi 51 buah, meliputi pintu besar dan pintu-pintu kecil.
Tujuh menara baru dibangun.
Pada 1406 H luas Masjidil Haram
ditambah lagi seluas 42.000 meter persegi. Kemudian pada periode 1409H –
1412H, pada masa pemerintahan Raja Fahd bin Abdul Aziz, Masjidil Haram
ditambah lagi seluas 76.000 meter pewrsegi, dan terakhir ditambah lagi
seluas 85.800 meter persegi, sehingga total keseluruhan luas Masjidil
Haram sekarang (1430H / 2008M) mencapai 356.000 meter persegi dapat
menampung sekitar 560.000 jamaah sholat.
Pada masa Raja Fahd bin Abdul Aziz
perluasan Masjidil Haram diprioritaskan di bagian timur, antara Bab Al
Malik dan Bab Al Umrah. Pembangunan area bawah tanah dan dua lantai
atas. Satu pintu utama dibuat baru diberi nama Bab Al Malik Fahd, dengan
14 pintu kecil, sehingga keseluruhan pintu Masjidil Haram berjumlah 95
buah, semua diberi nomor sehingga memudahkan jamaah. Dua menara baru
juga didirikan, sehingga jumlah menara ada Sembilan buah. Kawasan atap
atau lantai atas masjid juga dibuat sedemikian rupa sehinggabisa
menampung sekitar 80.000 jamaah. Lantai atas ini dihubungkan dengan
tangga berjalan (escalator). Terdapat tujuh tangga berjalan. Tempat
tersebut juga dibangun terowongan untuk lalu lintas kendaraan jamaah
dan juga ada tempat parker. Seluruh ruang Masjidil Haram kini
menggunakan pendingin udara (AC) termasuk kawasan sa'I, sehingga jamaah
tidak lagi merasa kepanasan.
Bahkan, juga dibuat system pendingin
(refrigator) air Zam-Zam. Toilet dan tempat wudhu juga dibangun di
bawah tanah dan untuk mencapainya dibuat tangga berjalan.
Di tahun 2013 ini, penyempurnaan
Masjidil Haram masih terus berjalan di bawah pimpinan Raja Abdullah bin
Abdul Aziz. Proyek yang dilaksanakan sang Raja ini diperkirakan akan
menghabiskan anggaran 40 miliar real Saudi atau sekitar Rp 91 triliun.
Menurut seorang petinggi Dewan Dua Masjid Suci di Arab Saudi, proyek itu
menggunakan tenagan mekanik dan system elektrik paling mutakhir.
Raja Abdullah dari kerajaan Arab Saudi
mengatakan perluasan Masjidil Haram akan meningkatkan kapasitas
Masjidil Haram, baik itu ruang ibadah maupun ruang terbuka. Perluasan
juga akan mengurangi kepadatan jama'ah haji, saat melakukan ibadah di
sekitar Masjidil Haram.
Perluasan ini juga dilakukan dengan
menghubungkan pintu keluar Masjidil Haram dengan Mas'a, yang merupakan
jalur sa'i antara Shafa dan Marwa, dengan serangkaian jembatan.
Sejumlah penyejuk ruangan dan tangga berjalan juga akan dipasang. Selain
itu, fasilitas modern lain juga akan dipasang untuk melengkapi
pembangunan Masjidil Haram. Misalnya, pembangunan sampah dan system
keamanan modern.
Selain melakukan perluasan Masjidil
Haram, Raja Abdullah juga akan membuka Makkah Royal Clock tower, yang
merupakan menara jam tertinggi di dunia, yang di puncak menaranya
berlapis emas. Proyek menara jam raksasa ini juga sebagai proyek
penghormatan kepada Raja Abdul Aziz, yang akan berdiri dari tujuh
menara. Makkah Clock Tower ini memiliki tinggi 601 meter, dan terlihat
menjulang dari Masjidil Haram.
Bangunan menara ini juga diproyeksikan
akan menjadi bangunan tertinggi kedua dunia, setelah Burj Khalifa di
Dubai. Sedangkan menara jam ini akan sebesar enam kali dari big ben di
London. Dengan bahan dari teknologi mutakhir yang digunakan di industry
pesawat ulang-alik, jam ini juga akan menjadi patokan waktu alternative
selain GMT (Greenwich Mean Time).
Pengeras suara juga akan dipasang di
puncak menara, sehingga adzan dapat terdengar tujuh kilometer dari
Masjidil Haram. Selain itu, juga akan ada lampu berwarna hijau dan
putih, sehingga akan menyala saat adzan berkumandang. Lampu yang bisa
dilihat hingga radius 30 kilometer ini sekaligus penanda waktu adzan
bagi orang di kejauhan,yang tak bisa mendengar lantunann adzan.
Perluasan Masjidil Haram sendiri
merupakan bagian dari proyek penataan kota Makkah yang kali ini
dilakukan secara total, terencana, dan tidak tambal sulam. Pembuatan
konsep perencanannya saja memerlukan biaya Rp 100 miliar. Kali ini,
perubahan Makkah tidak tanggung-tanggung. Langsung dirancang untuk
memenuhi kebutuhan masa depan secara sempurna. Jangan heran, penataan
ulang secara total kota Makkah ini menghabiskan anggaran yang
melahirkan angka fantastis 250 triliun.
Selama ini lereng-lereng dan bagian
atas gunung itu penuh dengan bangunan rumah ketika musim haji sangat
laris disewakan. Jama'ah haji pun harus turun dan naik gunung ketika
pergi atau pulang dari masjid. Tentu juga harus melewati lorong-lorong
kecil yang menanjak dan menikung.
Semua bangunan itu kini sudah hilang.
Sudah digusur empat tahun lalu. Di situlah akan dibangun perumahan
modern, berupa apartemen pencakar langit, sebanyak 40 tower (menara).
Menara-menara itu berjajar kiri kanan dalam posisi seperti setengah
melingkar. Di antara dua jajaran tower itulah disediakan ruang kosong
yang bisa digunakan sembahyang untuk 200.000 orang. Pengeras suara
tersambung dengan pengeras suara Masjidil Haram.
Di areal ini juga dibangun pertokoan,
termasuk showroom. Sekitar 4.500 toko tersedia di situ. Selain itu,
tersedia 3.000 shoowroom. Kendaraan yang bisa ditampung mencapai
12.000, penambahan yang luar biasa dibanding tempat parker sekarang
yang hanya memuat 570 mobil. Di ujung superblock ini dibangun satu
"pintu gerbang" yang wujudnya adalah gedung pencakar langit kembar,
seperti di kuala lumpur masing-masing 50 tingkat.
Kalau kawasan 23 hektare ini sudah
jadi, berada di plaza ini akan merasakan sensasi luar biasa, yaitu saat
menghadap dan memandang kemegahan Masjidil Haram, yang letaknya agak
di bawah sana. Kalau malam, tentu lebih menajubkan, karena pencahayaan
lampunya yang seperti tanpa batas. Proyek Jabal Omar, kalau sudah jadi,
bisa saja terasa lebih menonjol daripada Masjidil Haram.
Walhasil, Makkah sedang melakukan
face-off; Masjid Al-Haram akan diperbesar, areal thawaf di sekitar
Ka'bah ditutup dengan pelindung, pembangunan puluhan apartemen pencakar
langit sedang diselesaikan, hotel-hotel bintang lima sedang
ditambahkan, mall-mall baru dikebut pembangunannya, jalur kereta cepat
dari Jeddah dipersiapkan langsung sampai ke Al-Haram, monorel dibangun
untuk menghubungkan 3M (Makkah-Muzdalifah-Mina), kereta cepat
dipersiapkan untuk menghubungkan Jeddah-Makkah-Madinah.
Pembangunan terowongan, terminal,
gedung parker, plaza, escalator perkotaan, pertamanan semakin banyak
lagi. Sebagian proyek raksasa itu sudah mulai terlihat semuanya akan
sempurna pada 2020.